Tujuh Pemuda Perwakilan Aceh Lulus Seleksi Catar Akmil TA 2017

Banda Aceh- Perwujudan cinta tanah air dan bentuk bela negara salah satunya adalah dengan mendaftarkan dan mengabdikan diri sebagai aparatur negara. TNI sebagai alat pertahanan negara merupakan salah satu aspek berdirinya suatu negara. Muncul dan hilangnya suatu negara sama dengan kuatnya alat pertahanan dan keamanan negaranya. Postur TNI yang kuat merupakan ciri keamanan dan stabilitas negara yang aman dan terkendali. TNI AD merupakan pertahanan matra darat yang berugas menjaga kedaulatan wilayah daratan menjaga perbatasan antar negara serta ancaman dalam maupun luar negeri.

Dalam rangka mempertahankan kelangsungan organisasi, TNI AD terus meningkatkan ketahanan alutsista. Hal ini tentunya perlu didukung kemampuan sumber daya manusia yang mumpuni untuk penggunaan alutsista yang semakin berkembang modern. Tuntutan kompleksitas tugas, modernisasi dan globalisasi mengharuskan negara agar mampu dalam mengembangkan dan meningkatkan pertahanan negara. Untuk dapat memperoleh personel yang memiliki kemampuan dan militansi tinggi maka diperlukan proses seleksi yang ketat dan objektif.

Masalah sumber daya manusia di Indonesia  dipengaruhi banyak faktor, diantaranya faktor geografis, demografis, sosiologis dan lain sebagainya. Hal tersebut tentunya mempengaruhi bagaimana pola seleksi penerimaan prajurit disetiap daerah. Penerimaan prajurit TNI AD dilaksanakan setiap tahunnya dengan menyeleksi calon prajurit golongan Perwira, Bintara dan Tamtama. Pada setiap golongannya memiliki standar khusus penilaian dalam semua aspek terutama aspek akademik dan psikologis.

Salah satu pendidikan militer dasar terbaik yang dimiliki TNI AD adalah Akademi Militer. Mempersiapkan dengan melatih dan mendidik Taruna dan Taruni untuk menjadi pemimpin di institusi TNI AD. Tentunya dalam proses penerimaan dan seleksi calon taruna (catar) perlu diadakan seleksi yang ketat objektif dan transparan. Pemikiran stereotip mayoritas masyarakat dalam penerimaan TNI AD khususnya catar Akmil selalu mengedepankan materi yang dikeluarkan dan urusan KKN.

Dalam memperbaiki dan menjawab paradigma tersebut setiap tahunnya dilaksanakan pengkajian ulang dan evaluasi proses seleksi calon prajurit TNI AD. Berbagai macam alur maupun skema seleksi yang tersusun secara sistematis dilaksanakan bertujuan untuk meniadakan kecurangan dalam proses seleksi. Ulah oknum yang tidak bertanggung jawab mengatas namakan panitia pun kerap diproses secara hukum agar memberikan efek jera dan tindakan prefentif bagi lainnya.

Animo pemuda dan pemudi asal Aceh yang berminat sebagai catar TA. 2017 terdiri dari 337 orang pria dan 100 orang wanita yang terbagi menjadi catar reguler dan unggulan. Selama seleksi tingkat panitia daerah, Kodam IM berhasil mengirimkan lima belas orang pria dan dua orang wanita untuk mengikuti seleksi tingkat pusat ke Magelang. Tiga minggu seleksi tingkat pusat di Akmil Magelang catar Akmil asal daerah Aceh berhasil lolos sebanyak tujuh orang yang terdiri dari enam orang pria yaitu satu catar Akmil unggulan bernama Muhammad Ali Yudha, catar Akmil reguler diantaranya; Bima Ksatria Yudha, Handito Adisaputra, Noval Wiki Laksono, Reza Mulia Firdaus, Ridho Dewi Wandana sedangkan catar Akmil reguler putri yaitu Nur Hidayana.

Nur adalah salah satu catar Akmil reguler putri yang lulus seleksi dan akan mengikuti pendidikan chandradimuka Akademi Militer. Latar belakang orang tua nyatanya tidak selalu menjadi faktor kelulusan. Profesi orang tua Nur sendiri adalah seorang penjahit namun tekat, kemauan dan kerja kerasnya yang mampu membuatnya lulus menjadi seorang Taruni Akademi militer. Dapat menjadi gambaran bahwa tolak ukur tingkat kelulusan penerimaan TNI AD merupakan kualitas dari diri calon peserta seleksi. Agar dapat menjadi seorang prajurit yang diperlukan adalah fisik yang prima, kecerdasan dan spiritual yang baik serta percaya atas kemampuan diri sendiri sehingga mempunyai peluang lebih besar untuk berhasil.